Kesejahteraan dan Kecerdasan penting Bagi Guru
Wacana pembahasan kurikulum 2013 jadi topik yang selalu menarik di kalangan para pakar pendidikan, pemerintah, dan parlemen. Kurikulum menjadi alat satu-satunya untuk membangun visi dan misi pendidikan nasional. Namun, kita kerap lupa bahwa instrumen penting dalam kesuksesan kurikulum itu adalah keberadaan para guru. Harus diakui, pemerintah masih belum maksimal memberi perhatian pada para tenaga pendidik di sekolah.
Demikian disampaikan Anggota Panja Kurikulum Komisi X DPR, Itet Tridjajati Sumarijanto (F-PDI Perjuangan), Jum'at (1/3), saat ditemui Tim Parle di Bandara Internasional Sultan Hasanuddin-Makassar. “Pengayaan guru itu ada dua yang penting, pengayaan kesejahteraan dan pengayaan intelektualnya. Sekarang guru secara intelektual sudah dilengkapi dengan kursus. Tapi, dia tidak bisa konsentrasi ketika kesejahteraannya sendiri tidak terpenuhi,” tandas Itet.
Kalau guru masih sibuk mencari kesejahteraan untuk dirinya, dia tidak bisa fokus pada pengajarannya. Tapi, bila guru hanya sibuk mencari tambahan kesejahteraan, akhirnya metode pengajarannya terbengkalai. Realitas ini masih banyak kita temui di dunia pendidikan. Di sinilah masalahnya. Bagaimana mau menyukseskan kurikulium 2013 yang dikampanyekan Kementerian Pendidikan Nasional, bila kondisi para guru kita masih seperti itu.
Menurut Itet, tidak ada salahnya bila para guru itu kita kirim ke luar negeri untuk belajar banyak hal untuk mendapatkan pengayaan. “Guru-guru itu selain dikursuskan, beri juga mereka wawasan. Kirim mereka ke luar negeri. Jadi, bukan studi banding, tetapi penelitian kecil-kecilanlah,” harap Itet. Dengan begitu, para guru bisa mengembangkan sendiri kurikulum yang diberikan pemerintah.
Ditanya soal penerapan kurikulum 2013 di daerah-daerah, Itet menjelaskan, sejauh ini para guru di daerah belum sepenuhnya mengerti tentang kurikulum tersebut. Pemerintah pusat sendiri, lanjut Itet, masih harus dipertanyakan kesiapannya membantu daerah. Yang di daerah pun anggarannya patut dipertanyakan, apakah mereka sudah siap sehingga tidak banyak bergantung pada pusat.
Itet mencontohkan, di Samarinda tingkat kesejahteraan para gurunya sangat baik. Tapi, mereka belum mendapat pengayaan intelektual. “Samarinda kekurangannya di situ. Jadi, harus betul-betul konprehensif,” ungkap Itet. Sekali lagi pemerintah jangan hanya melihat kurikulum, tapi kesejahteraan dan kecerdasan guru juga patut diperhatikan.
Banyak hasil pantauan langsung ke daerah yang segera ingin disampaikan kepada pemerintah pusat menyangkut rencana penerapan kurikulum 2013. Ternyata, kondisi di daerah tidak seragam. Sebagian daerah ada yang sudah maju di bidang pendidikan. Sebagian lain masih jauh tertinggal. “Saya kira harus saling mendengarkan dan kemudian kita carikan solusinya yang paling cocok bagaimana. Saat berkunjung ke daerah, ada beragam pendapat yang kita dapati. Keragaman ini yang harus kita hargai dan itu yang harus kita dengarkan.” (iw)/foto:iwan armanias/parle.